Oelamasi,obor-nusantara.com
Bertempat di lokasi Persawahan Nganggalana desa Oesao, kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang,Jumat,12/10/2018,BPTP BALITBANGTAN NTT menyelenggarakan Bimbingan Teknis tentang pengolahan batang jagung dan legum jadi pakan ternak.
Kegiatan tersebut di peruntukan bagi kelompok tani di seputar wilayah Kupang Timur dan para penyuluh pertanian di daerah itu
Hadir dalam Bimtek tersebut, kepala bptp ntt dan rombongan, penyuluh, peneliti dan kelompok tani (kelurahan oesao dan bbrapa desa tetangga)
Kepala Balai Penelitian dan Teknologi Pertanian, Dr. Syamsuddin, M.Si saat membuka kegiatan mengatakan,BPTP secara kontinyu memberikan inovasi baru dalam menyajikan tekhnologi pertanian dengan berbagai varietas bagi peningkatan kesejahteraan petani di wilayah ini
Salah satu varietas yang dihasilkan saat ini oleh Badan Litbang pertanian dan dikembangkan di NTT oleh BPTP NTT yakni jagung hibrida nasa 29.
Jagung hibrida Nasa 29, 1 pohon 2 tongkol,kata Syamsuddin Konsepnya Tanam Jagung Panen Sapi alias Jual jagung beli sapi jika produksinya meningkat.sedangkan Batang dan daun bisa digunakan untuk pakan ternak (sapi)
“Ada beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk meningkatkan pendapatan anggota kelompok tani adalah bagaimana kerja sama semua anggota.kami dari Bptp terus berusaha memberikan teknologi inovasi varietas unggul untuk meningkatkan pendapatan petani” ungkap Syamsuddin
Sementara Dr.Yakob Nulik dalam pemaparan materinya menerangkan bahwa pengolahan brangkasan/batang jagum dan Legum merupakan Suatu Managemen Usaha tani Menuju Petani NTT yang Mandiri dan Sejahtera “Tanam Jagung Panen Sapi”
Tagline ini bukanlah sebuah arti yang secara harafiah ditafsirkan bahwa menanam jagung dan berbuah ternak sapi.
Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) menurutnya adalah sebuah tagline
managemen usaha tani yang memberi motivasi kepada petani NTT agar dengan menanam jagung
bisa memperoleh ternak sapi, dalam jangka waktu yang sangat cepat (quick win).
Pengelolaan TJPS ini ulasannya, petani menanam jagung dan memproduksi pipilan jagung antara 4 sampai 5 ton/rumah
tangga petani.
Selanjutnya hasil jagung diperoleh ini, bersama-sama petani dan petugas lapangan membuat komitment bahwa hasil jagung yang diperoleh ini dijual setelah menyisihkan kebutuhan pangan (food security) sebanyak 1 ton, dan sisanyya antara 3 sampai 4 ton dijual, dan hasil penjualan ini akan dibelikan bakalan ternak sapi.
Jika diasumsikan secara ekonomis,harga jagung antara
Rp.3000/kg,jika dikalikan dengan 3 sampai 4 ton,maka petani akan memperoleh uang tunai sebesar Rp 9 juta sampai 12 juta sekali panen.
Dan Nilai uang sebesar ini, petani bisa membeli sedikitnya 2 ekor bakalan sapi.
Manajemen inilah yang disebut
“Tanam Jagung Panen Sapi”
Dengan demikian, TJPS secara cepat memiliki kapasitas untuk pemenuhan kebutuhan dasar petani
Dalam menjaga ketahahan pangan keluarga,juga mengembalikan kepemilikan ternak sapi secara
mandiri bagi petani NTT,khususnya petani Timor dan sumba yang basis usaha taninya adalah jagung
dan Sapi (di Timor ternak Sapi Bali, di Sumba Sapi Peranakan Ongol/PO).
Dilihat Secara kultur, petani Timor sejak dulu sudah identik dengan Jagung dan Sapi hingga kedua komoditas ini seakan telah menjadi identitas yang melekat bagi mereka.
Jagung selama ini ditempatkan sebagai komoditas pangan sedangkan sapi berperan sebagai benteng pertahanan ekonomi rumah tangga yang lazim dijual
untuk kepentingan kebutuhan strategis ekonomi rumah tangga, seperti biaya anak sekolah,biaya pembangunan rumah atau kebutuhan mendesak termasuk kebutuhan sosial lainnya.
Petani Timor masa lalu menurut pengakuan orang tua,dipastikan
memiliki ternak sapi dengan jumlah yang bervariasi sesuai tingkat ekonomi masing-masing rumah tangga, yaitu kepemilikan rata-rata lebih dari 2 ekor/Rumah Tangga Petani.
Saat ini,fakta di lapangan berbanding terbalik dengan petani timor masa lalu.namun patut diakui bahwa hingga hari ini petani timor masih memiliki semangat dan kemauan yang sama untuk tetap memelihara ternak.
Jika kita menilik secara jelas,masih saja ditemukan Sebagian besar petani masih memelihara ternak namun, ternak yang dipelihara bukanlah milik mereka, tetapi milik pihak ketiga.
Hal ini menunjukan bahwa Petani Timor masih punya kemauan yang tinggi untuk memelihara ternak walaupun BUKAN MILIK MEREKA.
Pihak ketiga yang dimaksudkan disini adalah, orang atau lembaga di
desa yang bekerjasama dengan petani dalam memelihara ternaknya dengan sistem bagi hasil.(by Mt/Km)