Tidak Diairi Air, Jaringan Irigasi Raknamo Mubasir dan Terancam Rusak

oleh
Foto: Jaringan Irigasi yang dibangun BWS-NT2 di Desa Raknamo yang mubasir dan tertutup rumput liar (foo diambil pada 05/04/2025)

Manusak, Kabupaten Kupang, obor-nusantara.com-Jaringan  Irigasi yang dibangun oleh Pemerintah Pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Nusa Tenggara Dua (BBWS-NT 2) NTT di Desa Manusak, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak beberapa tahun silam hingga kini tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat petani di daerah tersebut secara maksimal. Bangunan yang bernilai puluhan milyar Rupiah itu sejak dibangun hingga kini tidak terairi air dari jaringan induk Bendungan Raknamo hanya karena tidak adanya petugas pembagi  air yang ditempatkan oleh Pemerintah daerah di BR13 dan BR 14 akibatnya, bangunan yang dibangun sejak  beberapa tahun silam itu kini mubasir dan tertutup rumput.

Anehnya, meski tidak pernah digunakan oleh para petani akibat tidak adanya aliran air melalui jaringan irigasi gasi ini, namun perbaikan jaringan setiap tahun dilakukan oleh pihak Balai Besar Wilayah Sungai Nusa Tenggara Dua NTT.

Sejumlah petani yang ditemui di lokasi jaringan irigasi yang mubasir tersebut di rt 01/RW/01, Desa Manusak pada sabtu, 05/04/2025 mengungkapkan, petani tidak bisa menggunakan fasilitas irigasi tersebut mengingat suplai air dari bendungan raknamo ke jaringan tidak diberikan oleh petugas penjaga pintu air.

“mulai dari bangun sampai saat ini kami di wilayah dusun satu terutama di rt/01/rw/01 ini tidak pernah pakai ini air dari bendungan raknamo, karena dari pintu BR 13 sampai dengan BR 14 itu tidak ada petugas penjaga pintu air dari kabupaten yang ditugaskan disitu bagaimana kita bisa dapat air”,ujar Iksan mewakili puluhan petani yang sedang memanen padi di lokasi tersebut.

Dikatakan, selain jaringan irigasi yang telah dibangun Pemerintah pusat juga telah membangun sejumlah sumur bor dan pompa dengan kapasitas 4 hingga 8 hektar namun tidak dapat digunakan juga akibat rusak berat.

“kami disini banyak fasilitas negara yang tidak bisa digunakan seperti ini jaringan dan sumur bor an pompa air, semua tidak bisa digunakan jadi bagaimana mau swasembada  pangan kalau sarana yang sudah dibangun ini semuanya tidak bisa digunakan”,jelasnya.

Dikatakan, wilayah Dusun satu Desa Manusak itu terdapat puluhan hektar lahan yang bisa diolah menjadi persawahan dengan volume panen bisa 2 hingga 3 kali setahun, namun karena terbatasnya air irigasi sehingga petani hanya bisa mengolah lahan 1 atau 2 kali setahun, bahkan jika curah hujan rendah maka hanya sekali panen dalam satu musim tanam.

“disini potensi besar sekali, lahan banyak yang tidak bisa kita olah, air saja tidak ada jadi kitab or air secara mandiri oleh masing-masing pemilik lahan, kalau tidak berarti lahan kita tidak bisa diolah”,paprIksan.

Karena itu besar harapan para petani di wilayah ini agar seluruh fasilitas pendukung pertanian yang telah dibangun oleh BBWS-NT2 ini dapat diperbaiki sehingga bisa digunakan oleh warga sebagai sarana pendukung pengolahan sawah warga di wilayah Desa Manusak disetiap musim tanam.

Sementara itu, Kepala Desa Manusak Arthur Ximenes mengaku, persoalan rusaknya sejumlah sarana dan prasarana irigasi di daerah Manusak itu telah dilaporkan secara resmi kepada pemerintah baik Kabupaten, Provinsi maupun Pusat melalui Balai Sungai,  namun penanganannya hingga kini belum dilakukan.

“kita sudah laporkan semua ini ke pemerintah khususnya ke Balai Sungai, bahkan dari petugas juga sudah turun lokasi tetapi belum ada tandaklanjut”,ungkap Kades Manusak yang ditemui pada Sabtu, 05/04/2025.

Dikatakan, seluruh fasilitas pendukung pertanian yang ada di Desa Manusak tetap dalam pemantauan pihaknya dan dilaporkan secara berkala tetapi untuk masalah penanganan bukan menjadi wewenang Desa melainkan Balai Sungai selaku pemilik barang.